Minggu, 13 April 2014

VHF FM Receiver Menggunakan IC TA7640

Selama ini kebanyakan FM receiver yang penulis buat menggunakan IC LA1260 yang sudah sangat umum.  Padahal sebenarnya banyak sekali jenis IC Penguat IF WBFM yang ada di pasaran.  Misalnya TA7303, TA7640, AN7222 dan lain-lain.  Masing - masing dengan berbagai kelebihan dan kekurangan.
Pada postingan kali ini, Penulis coba share hasil percobaan menggunakan IC TA7640.  Berawal dari browsing di internet, penulis mendapatkan skema dari salah satu website.  Skemanya seperti di bawah ini.
IC KIA6040P ternyata persamaannya adalah TA7640 buatan Toshiba.  Yang membuat penulis tertarik untuk membuatnya adalah terdapatnya 3 indikator dalam rangkaian tersebut, yaitu 1 LED dan 2 indikator meter.  Dengan sedikit modifikasi dan beberapa penambahan, akhirnya penulis berhasil membuat skema dibawah ini
Berdasarkan datasheet, IC TA7640 tegangan kerja maksimal 8 volt, maka dengan IC regulator 7805 atau 7806 sudah cukup untuk mensuplai tegangannya.  Audio amplifier cukup menggunakan IC LM386, indikator meter, penulis gunakan VU meter.  VU1 sebagai penunjuk signal meter sedangkan VU2 untuk menepatkan tuning.  Posisi jarum bisa disetting dengan mengatur trimpot.  Posisi jarum VU1 kita atur pada posisi 0 dB ketika sinyal maksimal, sedangkan posisi jarum VU2 kita atur pada posisi tengah atau 2 dB ketika sinyal maksimal.  Jadi ketika LED menyala paling terang, VU1 pada posisi 0dB dan VU2 pada posisi tengah.
Pada bagian antena penulis tambahkan beberapa komponen, 2 buah dioda dipasang bolak-balik berfungsi sebagai pengaman transistor booster yang terdapat dalam tuner blok. 
Induktor dan condensator trimmer berfungsi sebagai penyesuai impedansi dari 50 ohm menjadi 75 ohm. Induktor 58nH bisa kita buat sendiri dengan kawat ukuran 0,6-1 mm dililit pada diameter 5 mm sebanyak 3 lilit.  Kemudian condensator trimmer bisa kita gunakan yang warna hijau (5-30pF).  Sekilas memang rangkaian ini tidak banyak berguna, tetapi dengan adanya 3 indikator tersebut, akan terlihat perbedaannya.  Untuk settingnya, tuning radio pada stasiun yang suaranya paling lemah atau jauh, kemudian putar condensator trimmernya sampai nyala LED yang paling terang.



Photo diatas adalah hasil buatan Penulis.  Ketiga indikator bekerja dengan baik dan kualitas audio menurut penulis lebih bagus dibandingkan menggunakan IC LA1260.
 

Apabila para pembaca berniat untuk membuatnya dibawah ini penulis tampilkan desain PCB dan layout komponennya.
Layout komponen

  

Desain PCB ukuran 8,5 x 7 cm



Akhirnya Penulis ucapkan selamat mencoba dan semoga sukses.

Jumat, 11 April 2014

3 Volt Portable FM Receiver LA1260 & TDA2822M

Satu lagi portable FM receiver yang masih menggunakan Tuner Blok, IC LA1260 dan untuk AF amplifier menggunakan IC TDA2822M yang biasa dipergunakan untuk radio portable 3 volt.  Sebenarnya ini penulis buat untuk keperluan Praktikum Mata Pelajaran Keterampilan Elektronika untuk madrasah tempat penulis bekerja.  Hasilnya cukup memuaskan, meskipun cuma menggunakan loudspeaker bekas mainan anak-anak, tetapi suara lumayan keras dan pemakaian baterai juga lumayan hemat.  Dibawah ini penulis lampirkan layout PCB dan tata letak komponen, serta hasilnya.
 bentuk jadi Radio Portable tampak depan

tampak belakang, wadah baterai penulis sekrupkan dengan PCB dan body tuner

Ukuran PCB adalah 6 x 10 cm bila baterai diletakkan di bagian belakang.  Bila baterai diletakkan dibawah berilah tambahan PCB untuk meletakkan wadah baterai.

 Layout Tata Letak Komponen

Antena teleskopik penulis letakkan pada bagian samping, sehingga bila menginginkan penerimaan yang lebih sensitif, antena bisa ditarik.  Komponen transformator IF 10,7MHz penulis ganti dengan ceramic resonator 10,7MHz sehingga free adjustment dan nyala LED indikator lebih akurat.

Pola PCB

Meskipun bentuknya "bugil" karena tidak ada box-nya tetapi hasilnya cukup lumayan.
radio yang sudah jadi ketika antena teleskopiknya ditarik


dalam genggaman penulis tampak dari depan

dalam genggaman tampak bagian belakang

Kemungkinan untuk modifikasi :
  1. Baterai menggunakan aki kering 4 volt atau baterai bekas handphone dengan maksud agar bisa dicharge.
  2. Modifikasi pada bagian tuner blok dengan menurunkan range-nya untuk keperluan monitoring atau penyadapan.
  3. Memberikan tambahan soket headphone.
  4. Ditambahkan sinyal meter.
Apabila para pembaca ingin mempraktekkannya, penulis ucapkan semoga sukses selalu.

Membuat Dummy Load 50 Ohm

Istilah "Dummy Load" tentunya sudah bukan hal yang asing bagi para pecinta elektronika, khususnya bidang Radio Frekuensi.  Apabila kita Bahasa Indonesia - kan, dummy load artinya adalah beban semu.  Fungsi dummy load adalah sebagai pengganti antena dalam pembuatan maupun pengetesan sebuah rangkaian pemancar.  Secara umum, antena pemancar mempunyai impedansi 50 ohm demikian juga saluran transmisi dan konektor biasanya berjenis 50 ohm juga.
Dummy load bisa kita buat sendiri dengan menggunakan komponen resistor dengan nilai 50 ohm.  Resistor yang dipergunakan adalah jenis Carbon, Carbon Film dan Metal Film.  Jangan menggunakan resistor kotak, karena intinya terbuat dari kawat nikelin yang dicor bahan porselen.
Mungkin yang menjadi permasalahan adalah bagaimana membuat agar dummy load tersebut mampu dilalui oleh power yang besar.  Hal tersebut bisa kita atasi dengan cara memparalel beberapa resistor untuk meningkatkan nilai Watt-nya.
Photo diatas adalah beberapa dummy load hasil karya penulis yang biasa penulis pergunakan untuk setting pemancar.
Nomor 1, terbuat dari Resistor Karbon dengan nilai 1K 2watt yang diparalel sebanyak 20 buah.  Secara teori 2 watt x 20 = 40 watt, berarti dummy load tersebut mampu dilalui daya maksimal 40 watt.  Sedangkan nilainya 1.000 / 20 = 50 ohm.  Tentunya apabila kita ukur menggunakan multitester hasilnya tidak tepat menunjuk 50 ohm, karena ada nilai toleransi 5% dari masing-masing resistor tersebut.

Nomor 2, terbuat dari resistor Karbon dengan nilai 300 Ohm 2 watt yang diparalel 6 buah, sehingga diperkirakan akan mampu dilalui oleh daya maksimal 12 watt.

Nomor 3, terbuat dari Resistor Metal Film (toleransi 1%) dengan nilai 1K 0,25 watt yang diparalel sebanyak 20 buah, sehingga secara teori akan mampu dilalui daya maksimal sebesar 5 watt.

Nomor 3, terbuat dari resistor Metal Film dengan nilai 200 ohm 0,5 watt yang diparalel 4 buah, sehingga secara teori akan mampu dilalui daya maksimal 2 watt.

Kemudian misalnya jika kita menginginkan dummy load murah meriah untuk daya besar (100-200 watt) bagaimana ?  Bisa kita gunakan Resistor Karbon dengan nilai 10K 2 watt diparalel sebanyak 200 buah yang secara teori akan bisa dilalui daya sebesar 400 watt.  Bila menggunakan Resistor Karbon / Metal Film 10K 0,5 watt, maka daya maksimal adalah 100 watt.  Selamat Berkarya.

Membuat Sendiri Radio Frequency Probe

Dalam pembuatan rangkaian pemancar, seringkali kita memerlukan alat untuk mengecek apakah sebuah oscillator dapat ber-oscilasi menghasilkan frekuensi atau tidak.  Pada dasarnya sinyal yang dihasilkan oleh oscilator, yang kemudian diperkuat oleh Buffer tingkat 1 dan selanjutnya adalah berupa listrik AC (alternating current / listrik arus bolak-balik) yang mempunyai frekuensi tertentu.  Untuk mendeteksi sinyal tersebut maka diperlukan penyearah atau rectifier yang akan mengubah listrik AC menjadi DC (direct current / listrik arus searah).  Seperti halnya dalam teknik power supply, untuk menyearahkan listrik AC menjadi DC, maka komponen yang dipergunakan adalah dioda.  
Dalam kesempatan kali ini penulis akan men-share tentang membuat sendiri RF Probe atau pendeteksi sinyal RF dengan menggunakan komponen yang banyak terdapat di pasaran.  Ada dua macam RF probe yang akan penulis ulas pada kesempatan kali ini.  Skema pertama dibawah ini cukup menggunakan tiga buah komponen saja, yaitu 2 buah dioda germanium dan LED.  Dioda germanium bisa menggunakan tipe IN4148 atau IN60.  Komponen LED bisa kita pergunakan warna sesuka hati kita.
Cara menggunakannya sederhana, cukup kita tempelkan Probe pada bagian yang "dicurigai" dan LED akan menyala jika ada sinyal yang keluar dari bagian yang "dicurigai" tersebut.  Kuat atau lemahnya sinyal akan mempengaruhi terang atau redupnya nyala LED.
Pada photo diatas, RF probe tersebut penulis buat secara asal-asalan tetapi bisa bekerja dengan baik.
Namun demikian kelemahan dari RF probe tersebut adalah bila sinyalnya kecil, maka LED tidak akan menyala.  Berdasarkan pengalaman, RF probe jenis diatas hanya akan bisa mendeteksi output dari Buffer tingkat - 2, untuk mendeteksi output dari oscillator atau Buffer tingkat - 1 belum bisa.
Rancangan RF probe yang kedua bisa kita gunakan untuk mendeteksi sinyal yang lemah dari oscillator dan buffer 1 sampai final, outputnya dapat kita baca dari skala VU meter.
Cara penggunaannya, bagian ground kita sambungkan dahulu dengan ground objek yang akan kita cek, kemudian bagian probe kita tempelkan pada bagian yang "dicurigai".  Potensiometer digunakan untuk mengatur sensitifitas.  Misal objeknya adalah oscillator atau buffer 1, maka sensitifitas kita atur pada posisi tertinggi, karena sinyal yang dikeluarkan masih sangat lemah.  Bila objeknya adalah buffer 2, 3 dan seterusnya maka sensitifitas harus kita kurangi, karena penguatannya sudah lumayan besar.  Trimpot 10K kita atur dahulu sebelumnya agar ketika bagian ground disambungkan dengan ground, jarum VU pada posisi paling kiri / tidak bergerak.
Photo diatas adalah RF probe skema kedua buatan penulis.
Sekedar tips dari penulis, bila para Pembaca berniat untuk merangkai sebuah pesawat pemancar radio, maka rangkailah per bagian secara bertahap.  Bagian pertama dan yang utama adalah oscilator, pastikan rangkaian oscilator memiliki komponen regulator tegangan secara independen dan tidak terbebani atau terpengaruh oleh buffer atau final.  Bila bagian oscillator sudah selesai dirangkai, lakukan pengetesan, apakah sudah menghasilkan sinyal atau belum ?  baru kemudian rangkailah Buffer 1 dan lakukan pengetesan pada output Buffer 1.  Kemudian yang tidak kalah penting adalah tes apakah ada harmonisa atau oscilasi liar.  Caranya beri tegangan rangkaian buffer, tetapi rangkaian oscilator dimatikan atau tidak diberi tegangan.  Jika jarum VU meter tetap bergerak, padahal oscilator dimatikan, maka bisa dikatakan rangkaian buffer Anda mengeluarkan osilasi liar.  Idealnya, apapun jenis kelas pada buffer, tidak akan mengeluarkan sinyal apabila tidak mendapat sinyal dari oscilator.
Selamat berkarya dan semoga sukses selalu.