Beranda

Rabu, 29 April 2015

Membuat Sendiri Sakelar Infra Merah

Sebenarnya hal ini bukanlah merupakan ide yang baru, karena berbagai skema tersedia di internet dari berbagai sumber.  Meskipun sederhana, tetapi cukup menarik untuk dicoba.  Postingan kali ini Penulis coba share tentang membuat sakelar infra merah yang bisa dioperasikan dengan sembarang remote control.  Penulis sudah mencobanya dengan menggunakan remote control MP3, TV dan DVD dengan hasil yang sangat memuaskan.  Jangkauan pun lumayan jauh, bisa mencapai 50 meter.  Sakelar tersebut penulis kombinasikan dengan rangkaian power supply tanpa transformator sehingga dalam aplikasinya bisa kita "sembunyikan" di sekitar fiting lampu.  Tanpa berlama - lama Penulis mempersilakan para pembaca untuk mencermati skema yang sudah Penulis gambar ulang di bawah ini.

Rangkaian Sakelar Infra Merah

Apabila para pembaca cuma berniat untuk membuat sakelar Infra Merah saja, maka cukup menggunakan rangkaian diatas, sedangkan power supply bisa dibuatkan adaptor sendiri.  Untuk sensor infra merah bisa kita gunakan sensor IR TV yang banyak dijual di toko elektronik atau mungkin para pembaca bisa mengambil dari bekas VCD atau DVD yang sudah rusak.  Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah ada berbagai merek sensor IR yang ternyata posisi kakinya berbeda - beda.  Untuk itu sebelum dipasangkan sebaiknya diketahui dahulu posisi kaki sensor IR tersebut.  Tetapi apabila ingin mengkombinasikannya dengan power supply, maka bisa ditambahkan rangkaian di bawah ini.  Penulis memperingatkan untuk berhati - hati apabila membuat dan mengujinya, karena power supply dibawah ini langsung terhubung dengan listrik arus kuat tanpa adanya isolasi transformator, sehingga sangat berisiko apabila memegangnya dalam keadaan tersambung ke listrik.

Transformerless Power Supply

Berdasarkan hasil pengetesan, setelah Penulis nyalakan selama beberapa jam, dioda zener tetap dingin, IC 7805 cuma hangat saja, IC 4017 juga tetap dingin, tetapi resistor 100 - 470 ohm 2 watt (dalam prakteknya penulis menggunakan 220 ohm dan 470 ohm) sangat panas, sehingga mungkin perlu digunakan resistor dengan watt yang lebih besar lagi.

Rangkaian Siap di test

Rangkaian dalam kondisi standby

Rangkaian dalam kondisi "ON"

Apabila para pembaca berminat untuk mencobanya, maka Penulis sertakan desain PCB dan Layout komponen dibawah ini.

Desain PCB ukuran 5,4 x 5.3 cm
Layout dan Jalur Perkawatan

Layout Tata Letak Komponen

Akhirnya Penulis ucapkan selamat mencoba dan jangan lupa untuk berhati - hati karena rangkaian diatas terhubung langsung dengan listrik arus kuat.  Semoga sukses.

Rabu, 08 April 2015

T T S

Seringkali kita merasa kecewa, karena komponen transistor yang kita beli ternyata rusak dan tidak bisa dipakai.  Padahal transistor adalah komponen aktif yang tentunya harganya lebih mahal dibandingkan komponen pasif lainnya.  
Posting kali ini Penulis beri judul TTS yang merupakan singkatan dari Transistor Tester Sederhana, sehingga akan memudahkan dan mempercepat kita dalam mengambil keputusan untuk memilih transistor yang akan kita beli.  Penulis mencoba rangkaian sederhana dari web : http://www.learningelectronics.net/circuits/cheap-and-cheerful-transistor-tester.html.  Rangkaian yang murah meriah dan lumayan handal meskipun tentunya dengan beberapa kelemahan.
Skema aslinya adalah seperti di bawah ini :
Skema Transistor Tester Sederhana

Komponen utamanya adalah IC 4011, keterangan lainnya adalah kaki nomor 11 IC di sambungkan ke ground atau negatif, kemudian C1 Penulis menggunakan capasitor ukuran 560nF.  Bila digunakan ukuran yang lebih kecil, maka selang waktu kedip LED akan lebih cepat.  Berdasarkan keterangan yang ada pada website tersebut, Bila transistor yang kita tes adalah NPN, maka LED hijau akan menyala berkedip - kedip, transistor PNP LED merah berkedip, bila transistor dalam kondisi short, kedua LED menyala bergantian dan bila transistor putus atau mati, maka kedua LED tidak menyala.
Dibawah ini adalah rangkaian yang sudah penulis buat.
Rangkaian TTS menggunakan PCB lubang

Penulis cuma merakitnya pada sepotong PCB lubang, untuk soket transistornya penulis menggunakan white housing dari bekas konektor VCD.
Memanfaatkan white housing bekas VCD sebagai soket transistor

Untuk power supplynya, menurut keterangan di website tersebut tegangan maksimal adalah 4,5 volt, agar LED tidak kelebihan tegangan.  Penulis menggunakan cell Li ION bekas baterai HP, yang mempunyai tegangan sekitar 3,7 - 4,2 volt.  Sehingga memungkinkan untuk dicharge ulang dengan menggunakan rangkaian charger pada postingan kemarin.

Cell baterai Li ION bekas Handphone yang sudah di "telanjangi"

Akhirnya inilah rangkaian yang sudah jadi dan penulis masukkan dalam box.  Penulis tambahkan toggle switch untuk memutuskan dengan rangkaian dengan baterai, sementara indikator LED penulis letakkan pada bagian atas.

Rangkaian TTS yang sudah jadi

 TTS siap beraksi

Hasil pengetesan cukup bagus, sesuai dengan deskripsi dari website aslinya, namun terdapat beberapa kelemahan.  TTS ini belum cukup akurat untuk menentukan kaki kolektor dan emitor, misal transistor dengan konfigurasi EBC dilihat dari depan, maka ketika dibalik menjadi CBE, indikator tetap menyala sama.  Selain itu ketika penulis coba untuk tes transistor RF amplifier, indikator menunjukkan transistor yang short (menyala bergantian merah dan hijau).  Memang dalam faktanya terdapat semacam dioda protector antara kaki kolektor dan emitor khusus pada transistor RF amplifier, yang mungkin terbaca sebagai transistor dalam kondisi short.

  Pengetesan transistor NPN, indikator LED hijau menyala berkedip - kedip

Pengetesan transistor PNP, indikator LED merah menyala berkedip - kedip

Meskipun sederhana, namun cukup handal untuk memutuskan secara cepat apakah transistor jadi dibeli atau tidak.
Seperti biasa penulis sudah merancang PCB serta tata letak komponennya, sehingga bisa dipraktekkan oleh para Pembaca.
Tata Letak Komponen rangkaian TTS

Desain PCB ukuran 3 x 3,2 cm

Akhirnya Penulis ucapkan selamat mencoba, semoga sukses.